-Still


Image

Saat kamu melangkah masuk, waktuku serasa terhenti.

Tiba-tiba, di udara yang kuhirup, ada kamu. Wangi cologne yang sama. Aroma air laut, dan kenangan.

Double shot frapuccino…”

Dengan extra caramel.  Lanjutku dalam hati.

Hm? Kenapa aku ingat?

Senyum pahit terbentuk di wajahku. After all, I guess, I never forget about you completely.

Hanya butuh sedetik dan selirikan mata untuk menarik kembali semua kenangan yang kukubur susah payah dengan malam-malam penuh isak tangis di bawah selimut. Tidak pernah kutunjukkan itu pada siapa pun. Tidak di depan teman-temanku. Apalagi di depanmu.

Dari balik konter, aku membungkukkan tubuhku. Berusaha keras menghilang di balik mesin espresso.

Tapi kenapa?

Mataku mengkhianati hatiku. Tanganku ingin meraih dan memelukmu.

Sangat ingin.

Ternyata pengaruhmu pada diriku masih sama besarnya.

Aku masih ingat jelas sore itu. Langit cerah dan indah, angin sepoi-sepoi.

Dalam jeda sekian detik, aku mencoba mempercayaimu untuk terakhir kalinya.

Dalam jeda sekian detik, aku mencoba memegang bayangan semu yang mereka sebut harapan.

Dalam jeda sekian detik, aku mencoba memaksakan bahwa “Kita” itu menanti di masa depan.

Aku menarik nafas keberanian terakhir dan mencari matamu. Melihat ke wajahmu dengan alis terangkat bertanya, menanti jawaban.

Raut wajahmu tidak terbaca. Sama seperti hubungan kita. Tergantung menyedihkan tanpa anggukan atau gelengan.

Untuk pertama kalinya, aku yang meninggalkanmu. Dengan dagu terangkat dan tangis yang tidak bisa kutahan lagi, kubiarkan kamu melihat punggungku.

Menjauh dan menjauh.

Di setiap langkah, hatiku berteriak “Tahan aku!”, tubuhku berteriak “Peluk aku!”, dan otakku tidak berhenti membayangkan, di langkah berikutnya, mungkin ada sosokmu yang akhirnya menghadang kepergianku.

Lima… Enam… Tujuh…

Aku terus menghitung dalam hati.

Delapan… Sembilan…

Dan “Kita” tidak pernah ada.

Sekarang kamu di sana menanti pesananmu tiba. Ketampananmu tidak berkurang sedikit pun. Senyummu tidak berubah sedikit pun.

Tanganku bergetar. Pesananmu sudah siap, tapi aku tidak.

Berulang kali aku mengingatkan dalam hati. Tersenyumlah. Sebagaimana yang biasa kamu latih di depan cermin. Tersenyumlah dan tunjukkan padanya kamu bahagia.

Tanpa sadar aku kembali menghitung langkah.

Satu… Dua… Tiga…

This is no big deal. Cukup senyum dan serahkan padanya.

Empat…

Kamu akan menyebut namaku dan aku akan menjawab, Hei, nice to see you again. Anyway, gue masih ada kerja. Lalu pergilah. Tinggalkan dia untuk kedua kalinya. Just like that day.

Lima… Enam… Tujuh…

Ya Tuhan, hanya butuh sedetik dan setetes keberanian.

Delapan… Sembilan…

“Nin, ini pesenan tamu itu. Gue musti ngecek stok.” Aku merenggut Nina yang kebetulan lewat di depanku. Kuserahkan gelas pesananmu padanya, dan aku berbalik pergi.

Dengan mata seorang pengecut, dari balik topiku, aku menatapmu.

Kamu tersenyum mengucapkan terima kasih pada Nina dan berjalan keluar.

Aku kalah.

After all this years, it finally hits me in the head.

It’s never me who walked further and further away.

I’ve always walked on a same still spot.

 

It’s you.

Who backed away,

Leaving me,

Still.

-Sweet and sour raspberry,

And shots of random memories-

Photo Courtesy: http://www.3amfromkyoto.com

 

16 thoughts on “-Still

  1. Tiba-tiba, di udara yang kuhirup, ada kamu. Wangi cologne yang sama. Aroma air laut, dan kenangan.

    TEGA! *tangkap buntut dinosaurus Stella*

  2. PHP! Macam tukang PHP cowok itu! ARGH!

    *lari-lari nangis*

    Btw, jadi pengen bikin dari sudut pandang cowoknya 😛 Kayaknya asyik kalau Kakak bikin cerita cowoknya juga. Bakal jadi sesuatu deh.

  3. Entah kenapa jadi ingat adegan di film AADC, waktu Cinta ninggalin Rangga di penjual buku bekas, trus bapak2 yang jualan bukanya bilang gini: kalo dia nengok ke belakang, itu artinya dia pengen kamu ngejar dia.
    Dan aku mikir, gimana seandainya di sore yang berangin sepoi-sepoi itu ‘aku’ noleh barang dikit aja, apakah ‘kamu’ juga akan ngejar dia sama seperti Rangga ngejar Cinta?
    Oke, komentar ini agak aneh ._.

    Yang jelas, aku suka cerita ini. Temanya ngena banget sama pengalaman pribadi banyak orang

    • Hai Aya ^^
      Nice to see you’re back at penjaja!
      welcome welcomee.

      “kalo dia nengok ke belakang, itu artinya dia pengen kamu ngejar dia.” -> aku jadi pengen nengok ke belakang, melihat apakah ada ranggaku menanti? *kedip-kedip*

      “Seandainya ‘aku’ noleh barang dikit aja, apakah ‘kamu’ juga akan ngejar dia sama seperti Rangga ngejar Cinta?” –> Bagaimana tanggapannya untuk ini, ‘Kamu’? *sodorin mic ke ‘Kamu’*…. Oke, tanggapanku juga aneh ._.

      “Yang jelas, aku suka cerita ini. Temanya ngena banget sama pengalaman pribadi banyak orang.” –> terima kasih banyaak buat apresiasinya 😉

      Semoga kesukaanmu tidak berhenti di sini.
      Itu itu, taya ada postingan baru 😉 #IniKode

Leave a reply to aya Cancel reply